Kalau ditanyakan diantara para
pendaki yang sudah mendaki gunung - gunung tersebut bisa jadi jawaban
masing - masing pendaki berbeda atau mungkin sama dengan saya. Ini adalah “menurut
saya “ dari apa yang saya rasakan dan
alami setelah mendaki keempat gunung tersebut. Bisa jadi jawaban saya berbeda
dengan anda.Waktu perbandingannya adalah saat malam dan pagi hari.
Gunung Merapi
Gunung Merbabu
Kalau menurut saya di antara gunung
– gunung tersebut yang paling dingin
adalah Gunung Lawu. Waktu itu
saya sudah masuk ke dalam Pondoknya Mbok
Yem dipuncaknya sana tapi dinginnya masih luar biasa bayangkan kalau di dalam
tenda. Menyalakan kompor gas yang kami bawa secara normal tidak bisa,baru
dilempar dengan batang korek api baru dia menyala. Menyalakan rokok dengan
korek api biasa jangan harap bisa, dengan korek api gas-pun harus dengan usaha
yang extra dan itupun kalau tidak cepat-cepat disedot rokok mati dan basah. Kalau
tidak salah Mbok Yem menyalakan kompor-nya bukan dengan minyak tanah tapi dengan
bensin karena kalau minyak tanah susah nyalanya karena dingin. Saat pagi hari
saya keluar pondok mau sikat gigi, air terasa seperti es dinginnya tangan
seperti membeku.
Gunung Lawu
Gunung Sindoro
Bagaimana dengan Gunung Merapi,
Merbabu, Sindoro ? jelas tetap dingin namanya juga gunung pasti dingin tapi menurut saya dinginnya masih kalah dengan Gunung Lawu.
Setelah cukup lama saya istirahat tdk mendaki gunung ( pendakian terakhir di bulan Nopember 2011 ,mendaki Gunung Sindoro ) lagi-lagi ada rasa kangen untuk mendaki gunung, seperti biasa saya sms Pak Santoso untuk ngajak mendaki lagi..dan seperti mudah di tebak gayungpun bersambut akhirnya kami merencanakan pendakian selanjutnya yaitu Mendaki Gunung Merapi.
Pendakian kali ini kami rencakan jauh2 hari, bagi saya sendiri kali ini adalah pendakian saya yang keempat kalinya..bulan baru masuk bulan Feb 2012 dan hujan turun lagi lebat-lebatnya .Pendakian rencana menunggu musim hujan berkurang dulu agar tidak seperti naik Gunung Sindoro. Apalagi kali ini pendakian serasa spesial karena istri saya dan istrinya Pak Santoso juga bersikeras mau ikut mendaki. Pak Santoso dan istrinya adalah sepasang pendaki dulunya..ketemunyapun sampai menjadi suami istri karena sama2 mendaki..sedangkan istri saya waktu mudanya memang suka mendaki.
Karena ada 2 cewek yang ikut serta pastinya persiapan harus dilakukan dengan sangat matang apalagi istri saya punya riwayat penyakit sesak nafas yang tidak tentu datangnya. Saya sendiri sebenarnya tidak mau ngajak tp karena bersikeras terus ..akhirnya ngalah juga. Pendakian kami tetapkan tgl 14-15 April 2012 masih ada waktu 2 bulan untuk mempersiapkan segalanya terutama persiapan fisik. Mas Viki juga rencananya ikut dengan satu orang temannya bukan si Man tapi Pak Inung , jadi nanti total yang akan mendaki 6 orang.
Yang belum pernah mendaki Gunung Merapi cuma saya dan Pak Inung, yang lain semuanya sudah pernah tapi sebelum Merapi meletus hebat tahun 2010. Saya sendiri setelahnya mencari info sebanyak-banyak tentang gunung yang akan saya daki dan Merapi memang sudah bisa untuk di naiki kembali.
Tgl 14 April 2012 kira2 pukul 14.00 kami berangkat bersama dari rumah saya di Borobudur menuju Selo dengan menyewa mobil pick up bak terbuka ( mobil buat angkut sayur hehe ) yang sudah kami sewa untuk mengantar dan menjemput saat pendakian nanti.Cuaca sendikit mendung menemani..dan kira2 jam 3.30 kami sampai di basecamp New Selo.Sampai disana tidak langsung mendaki tapi minum teh,kopi dulu di warung sana sama packing ulang lagian cuaca juga sedikit gerimis.
Packing ulang di New Selo
Foto dulu sebelum mau naik
Gerimispun mereda dan kami mulai melakukan pendakian..selalu langkah kaki saat awal2 pendakian terasa berat untuk dilangkahkan padahal jalan juga pelan2 tapi nafas seperti tersengal sengal sebentar-sebentar berhenti untuk istirahat dan itu di alami oleh semua rombongan kami yang mendaki, mungkin karena masih peneyesuaian tapi selepas 15 menit sudah tidak terjadi lagi. Saya sendiri selalu menanyakan kondisi istri saya karena kekewatiran akan penyakit sesak nafasnya..tapi sejauh ini masih oke2 saja.
Pelan tapi pasti hari semakin beranjak petang, cuaca sendiri masih sedikit mendung walapun gerimis sudah berhenti sama sekali.Kira2 jam 19.30 kami berhenti untuk makan malam mengisi tenaga..persis perbekalan dibuka setelah pos 1 ada sedikit tanah lapang ( kalau tidak salah ). Dari jauh kerlap kerlip lampu penduduk kelihatan dibawah sana dengan indahnya.Dan bulan juga sudah berani menampakkan wujudnya walapun saat itu bukan bulan purnama.
Setelah makan malam selesai perjalanan dilanjutkan dengan langkah yang masih saja pelan sedari awal pendakian.. jalur sudah mulai semakin ngetreck sebentar2 ambil nafas untuk istirahat. Kira2 jam sepuluhan lebih cuaca kembali tidak bersahabat,gerimis kecil sudah mulai turun lagi , pendakian tetap kami lanjutkan..akan tetapi lama kelamaan gerimis berubah menjadi rintik hujan dan kami harus cepat2 membuka tenda dan sepakat perjalan di lanjutkan besok pagi saja. Mencari tanah lapang yg cukup buat tenda sulit sekali di tempat yang memang bukan untuk membuka tenda..akhirnya menemukan satu area yg cukup untuk membuka hanya satu buah tenda saja di sisi samping jalur pendakian padahal kami berenam dan membawa 2 tenda. Saya dan Pak Santoso berinisiatif untuk naik selama 5 menitan.. barangkali ada tempat yg cocok buat 2 tenda..sementara anggota yg lainnya tetap di tempat tersebut. Sepertinya memang tidak ada tanah lapang buat mendirikan lebih dari satu tenda dan akhirnya saya sama Pak Santoso turun ke tempat anggota yg lain dan meneriakkan agar tenda cepat di didirkan saja karena rintik hujan semakin deras..Kami seperti berpacu dengan waktu dan dengan sangat terpaksa sekali satu tenda kami jejali berenam plus perlengkapan masuk semua di tenda yang penting tidak basah kehujanan..
Di dalam tenda yang penuh sesak sangat tidak nyaman..sementara diluar hujan turun semakin deras dan lebat. Petir dan kilat saling bersahutan..walapun begitu kami masih bersyukur karena tidak melanjutkan perjalanan. Di luar sepertinya terjadi badai karena disertai angin yg cukup kencang..kami sendiri sampai harus menahan tenda dari dalam agar tenda tidak terbang dan tetap berdiri ..dan kekwatiran kami menjadi kenyataan yaitu air mulai masuk kedalam tenda.Semuanya pada berusaha agar air tidak semakin banyak masuk ke tenda..sementara buat saya sendiri yang menjengkelkan adalah saya jadi lebih sering pingin kencing, mau tidak mau saya harus keluar tenda.
Hari semakin malam tapi hujan seperti tidak berhenti untuk turun..kadang mereda kadang deras lagi begitu seterusnya.Di dalam tenda juga dingin sekali karena sleeping bag yg kita gelar basah tapi karena lama kelamaan mengantuk toh akhirnya saya tertidur juga dengan kondisi basah2an. Tidur dengan kondisi seperti itu jangan harap nyenyak sebentar - sebentar bangun, sementara Pak Santoso,Viki sama Pak Inung dari tadi guyon terus sambil ngobrol ngalor ngidul. Tapi anehnya semakin malam hari semakin banyak orang yang mendaki..sudah tidak terhitung berapa orang dan berapa rombongan yg sudah melewati tenda kami..itu saya ketahui karena tenda kami memang persis di jalur pendakian jadi langkah2 dan suara mereka kedengeran dari dalam tenda.
Pagi mulai menjelang..cahaya semburat merah di sebelah timur muncul menandakan hari telah berganti pagi akan tetapi kami tidak bisa melihat sunrise karena terhalang punggung Gunung Merapi sendiri.Nightmare hujan badait telah berlalu lega rasanya..walau pagi masih terasa dingin menusuk tulang tapi kami sudah keluar tenda .Sumpek rasanya di dalam tenda dengan kondisi semuanya basah..slepeeng bag,tas,ransel semua di keluarkan dan kami jemur satu persatu di atas batu di samping tenda.semantara anggota yang cewek mempersiapkan sarapan pagi.
Pagi yang cerah
Sarapan dulu sebelum melanjutkan pendakian
Di bekas tenda yang sudah di buka
Tgl 15 April 2012...setelah selesai sarapan +- pukul 06.30 pendakian kami lanjutkan dengan semangat yang kembali menyala, track semakin menanjak dengan kondisi jalan yang berbatu.Cuaca cerah sekali ..pendakian yang sangat menyenangkan buat saya, Gunung Merbabu di belakang terlihat dengan jelas sekali..semakin tinggi pemandangan semakin indah.. berulangkali saya menanyakan kondisi istri saya dan selalu dijawabnya masih kuat.Hingga tiba saatnya kami di tempat yang lapang dan kondisi jalur yang rata..tapi masih di bawah Pasar Bubrah ...dari tempat ini Puncak Merapi kelihatan jelas sekali dan di sebelah kanan kelihatan wilayah Magelang dan di sebelah kiri wilayah Boyolali dan sekitarnya. Banyak juga pendaki yang mendirikan tenda di area ini..sedangkan di depan kelihatan banyak pendaki mendaki menuju Pasar Bubrah.
Melanjutkan pendakian
Semangat..
Go...go...
Sebelum Pasar Bubrah
Saya sudah lupa jam berapa akhirnya kami sampai di Pasar Bubrah mungkin antara jam 8.30-9an i ..ternyata di sana sudah banyak pendaki baik yang mendirikan tenda maupun yang tidak. Tempat menjadi ramai sekali ..banyak juga saya lihat yang mendaki turis asing. Sementara mereka yang sudah melakukan pendakian ke puncak dari Pasar Bubrah kelihatan seperti titik - titik kecil yang merayap. Pemandangan dari sini juga sangat luar biasa indahnya...susah untuk dilukiskan dengan kata2.
Di atas Pasar Bubrah
Me and my wife
Kami sepakat semua untuk muncak, tenda kembali di buka di Pasar Bubrah untuk menaruh barang-barang tas, ransel serta perlengkapan lainnya.Menurut anggota yg sdh pernah mendaki Gunung Merapi ini,jalur menuju puncak katanya sudah berubah total mungkin karena erupsi Merapi 2010 penyebabnya.Waktu itu saya lihat dari mereka yg sudah merayap mencapai puncak ada 2 jalur pendakian menuju puncak..satu kelompok yg mengambil jalur berpasir di sebelah kiri ( Jalur Pasir - Batu Besar - Puncak ) , pendaki yg mengambil jalur ini sedikit sekali.Satu lagi kelompok pendaki mengambil jalur berbatu ( Jalur Berbatu - Batu Besar - Puncak ) agak ke kanan dari jalur berpasir dan banyak pendaki mengambil jalur ini.
Tenda didirikan lagi di Pasar Bubrah
Oh ya..pendakian menuju Puncak Merapi ini sangat berbeda dengan gunung lainnya yg sebelumnya saya daki...jalur seperti ini hanya ada di Merapi ini..kemiringan mungkin sekitar 60-70 derajat dengan tekstur tanah bepasir dan berbatu tidak ada tanaman sama sekali. Kami semua mengikuti kelompok yg mengambil jalur berbatu..awal pendakian masih lancar2 saja sesekali pijakan kaki menyebabkan batu2 kecil dan kerikil jatuh ke bawah.Pendakian menjadi lambat karena kemiringan yg cukup tajam,pijakan kaki yg menyebabkan batu2 berguguran dan kita juga harus memperhatikan guguran batu dari atas yg di sebabkan oleh pendaki diatas kita.
Setelah mendaki kurang lebih 30 menit dan sudah agak tinggi kami semua diam tidak bisa bergerak sama sekali...karena batu menggelinding dari atas besar - besar...semua berteriak " awas batu...awas batu "...begitu tiap saat semua pendaki saling mengingatkan.Saya pingin melangkah naik juga tidak bisa karena batu2 besar menggelinding kebawah sedangkan di bawah banyak pendaki lainnya ..Jantung saya berdegup kencang...semua pendaki baik yang diatas,kelompok saya dan pendaki dibawah lainnya untuk sesaat tidak bergerak karena takut batu bergelindingan.. Saya berteriak sama Pak Santoso,Istrinya,Viki, Pak Inung ,sedangakan istri saya bersama saya setuju untuk turun saja karena pendakian terlalu berbahaya..tapi yg jadi masalah adalah turunnyapun juga tidak gampang. Kami berteriak sama pendaki yang diatas agar jangan bergerak dulu karena kami bilang mau turun saja,mereka mau menuruti ..sedangkan pendaki yg dibawah kami teriaki juga kalau kami mau turun ke bawah agar berhati2 dengan longsoran batu dari atas.
Menuju puncak lewat jalur berbatu
Jalur berbatu yang berbahaya
Setelah bersusah payah turun akhirnya sampai juga di bawah ( dititik awal pendakian menuju puncak ).Kami istirahat sebentar menenangkan diri..saya sendiri pingin tetap sampai ke puncak karena kalau tidak sekarang kapan lagi. Akhirnya kami diskusi dan sepakat naik ke puncak lagi dengan mengambil jalur berpasir..apalagi melihat pendaki yg mengambil jalur pasir lancar2 saja sampai puncak. Semuanya ikut tanpa terkecuali termasuk istri saya.Mengambil jalur berpasir memang sangat melelahkan dan menguras tenaga..paling cepat naik 3-4 langkah sudah harus ambil nafas karena melangkah di mana kaki sampai sebetis tertanam di pasir sangat memforsir tenaga..itupun jalan lebih baik merangkak daripada tegak berdiri karena lebih sedikit mengeluarkan tenaga akibatnya pungung harus sering-sering diajak istirahat. Tapi biarpun begitu pendakian lancar dan lebih aman tidak seperti sebelumnya walapun selangkah demi selangkah...sampai akhirnya sampai diujung jalur berpasir lega rasanya dan tinggal menyusuri jalan yg kanan kirinya batu - batu besar tapi berbeda dengan jalur berbatu karena batu2 ini tidak mungkin bergerak.
Akhirnya mengambil jalur berpasir
Merangkak di jalur berpasir
Yang pertama kali sampai puncak adalah Pak Inung, kemudian Pak Santoso sama istrinya baru kemudian saya sama istri saya..si Viki paling belakang..kira2 jam 11.00 kami sudah berkumpul di puncak. Di puncak banyak sekali pendaki lain yg sudah berkumpul dan tempatnya sempit sekali dengan kemiringan yg exstrim sedangkan di balik puncak itu sendiri adalah kawah .Kaki sepertinya merinding melihat pemandangan dimana tergelincir sedikit dibelakang bibir puncak sudah nyemplung ke kawah sedangkan di depan kemiringan cukup tajam..jadi duduk atau berdirinya jangan sampai mepet2 bibir puncak..
Semuanya sampai di puncak
( Di belakang sudah kawah menganga )
Again a couple..
Dari raut muka masing2 semua merasa senang, dan puas..saya sendiri tidak menyangka istri saya yg punya riwayat penyakit sesak nafas yg tidak tentu datangnya akhirnya sampai juga di Puncak Merapi...pemandangan dari sini juga sangat indah sekali..sejenak mengagumi dulu ciptaan Tuhan. Saya yakin inilah salah satu tujuan dari para para pendaki yaitu antara kepuasan batin,perasaan senang,perasaan damai berbaur menjadi satu.Diantara sesama pendaki yg tidak kita saling kenalpun seperti terjalin keakraban yg spontanitas...rombongan kami sendiri juga berfoto dengan pendaki lain.
Foto bareng pendaki lain
Pada akhirnya nanti Gunung Merapi telah memikat hati saya dan ini akhirnya membawa saya untuk pendakian saya yang ke 2 di Bulan September 2012...entahlah sepertinya saya tidak akan pernah bosan untuk mendaki Gunung Merapi ini.