Wednesday, May 22, 2013

Perbedaan dan Perbandingan Jalur Wekas dan Jalur Cunthel ( Gunung Merbabu )


Ada empat jalur yang biasa di lalui para pendaki dalam mendaki Gunung Merbabu yaitu lewat Tekelan, Cunthel, Wekas dimana ketiga jalur ini terletak di daerah Kopeng - Magelang. Satu lagi lewat Selo yang terletak di daerah Boyolali. Kali ini saya akan memberikan perbedaan dan perbandingan antara Jalur Wekas dan Jalur Cunthel menurut “penilaian saya “ dimana kedua jalur ini sudah pernah saya lewati. Sedangkan kedua jalur yang lainnya ( Tekelan dan Selo ) belum pernah saya lewati jadi saya tidak punya penilaian apapun mengenai jalur tersebut. 


1. Basecamp 

- Jalur Wekas 
Sepertinya basecamp di Wekas adalah rumah penduduk yang dijadikan basecamp. Parkir juga disediakan oleh pengelola. 

Basecamp Wekas

- Jalur Cunthel 
Basecamp-nya sendiri sudah merupakan bangunan permanen dan bukan merupakan rumah penduduk. Pengelolaannya lumayan tertata dan terawat, kondisi basecamp-nya juga nyaman. Parkir juga diurusi oleh pengelola basecamp. 

Basecamp Cunthel


2. Basecamp ke Camping Ground 

- Jalur Wekas 
Camping Ground Zone di Jalur Wekas ada di Pos II dan cukup untuk mendirikan puluhan tenda. Kondisi jalurnya landai alias tidak begitu nge-track. Ini yang menyenangkan melewati jalur ini. Bagi yang belum pernah naik gunung,melewati jalur ini sangatlah cocok karena sedikit menguras tenaga. Hanya begitu agak mendekati Pos II jalur mulai sedikit menanjak tapi masih tergolong standar.Di Pos II ini juga ada sumber air berupa pipa air minum penduduk yang dilubangi dan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa di buka dan ditutup. Jadi keperluan untuk masak memasak air, terus mencuci peralatan yang kotor tidak perlu repot disini karena air melimpah. Lamanya perjalanan yang saya tempuh adalah 3,5 Jam dan itupun termasuk perjalanan santai. Karena letak dari Jalur Wekas ini sebenarnya menyusuri lembah/lereng jadi pemandangannya di bandingkan Jalur Cunthel masih kalah indah. Pemandangan terbatas hanya bisa lurus kedepan sedangkan kanan kirinya adalah tebing/perbukitan walaupun juga cukup indah,itupun masih dihalangi dengan masih rapatnya pohon – pohon di sepanjang jalur. 

Jalur Menuju Pos II (1)  

 Jalur Menuju Pos II (2)  


Jalur Menuju Pos II (3)

- Jalur Cunthel 
Camping Ground Zone di Jalur Cunthel ada di Pos III walapun tidak seluas di jalur Wekas tapi masih cukup untuk mendirikan belasan tenda. Perjalanan sedari awal sudah mulai menanjak dan terus menanjak. Banyak sekali pos - pos bayangan di tempat ini, dan beberapa pos juga sudah terdapat atapnya jadi sangat membantu kalau sewaktu – waktu hujan turun jika kebetulan sudah sampai di pos tersebut ada tempat untuk berteduh. Air tidak ada di Pos III tapi di Pos II ( kalau tidak salah ). Lamanya perjalanan yang saya tempuh juga 3,5 Jam. Berbeda dengan Jalur Wekas pemandangannya cukup bagus karena bukan menyusuri lembah seperti Jalur Wekas walaupun masih dibatasi dengan rimbunan pepohonan. 

Menuju Pos III (1) 

Menuju Pos III (2)

Menuju Pos III (3)


3. Camping Ground – Watu Tulis 

- Jalur Wekas 
Bertemunya Jalur Cunthel dan Wekas adalah di Watu Tulis ini, setelah itu pendakian baru di teruskan lagi menuju Puncak Syarif atau Kentheng Songo. Perjalanan dari Camping Ground ke Watu Tulis ini mulanya tidak begitu menanjak tapi lama - kelamaan sudah mulai nge-track. Sepanjang jalur kondisi pepohonan cukup rapat hanya mendekati Watu Tulis agak sedikit terbuka. Perjalanan saya lalui satu jam-an lebih sedikit sudah sampai di Watu Tulis termasuk cukup singkat sebenarnya.Pemandangan masih di batasi dua buah perbukitan panjang di kanan – kiri jalur jadi pemandangan yang di sajikan tidak sedasyat Jalur Cunthel. Saya cuma bisa melihat puncak Gunung Sindoro dan Sumbing di depan. 


 Pos II (1)

Pos II (2)

Menuju Watu Tulis (1) 

 Menuju Watu Tulis (2)

Menuju Watu Tulis (3)

Watu Tulis

- Jalur Cunthel 
Sebelum sampai di Watu Tulis yang merupakan pertemuan dengan Jalur Wekas, kita harus mendaki Puncak Pemancar terlebih dahulu.…barulah setelah sampai di Puncak Pemancar berjalan turun lagi untuk sampai di Watu Tulis. Jalur menuju Puncak Pemancar sangat menanjak dan menguras fisik.Waktu itu kami sudah mendaki lebih dari satu jam masih juga belum sampai di Puncak Pemancar . Sebenarnya Puncak Pemancar sendiri juga merupakan puncak yang cukup tinggi dan tepat di puncaknya ada semacam Pemancar Transmisi  tapi masih lebih tinggi Kentheng Songo. Yang cukup memberatkan pendaki biasanya pada saat turun dari Puncak Kentheng songo..dimana di saat pendaki yang mengambil Jalur Wekas, setelah sampai di Watu Tulis tinggal belok kiri dan kurang dari sejam sudah sampai di tempat mendirikan tenda, tapi pendaki yang mengambil Jalur Cunthel justru harus mendaki lagi untuk mencapai Puncak Pemancar barulah mendaki turun menuju Pos III. Walapun lebih berat dan lama..justru Puncak Pemancar-lah menurut saya yang menjadi daya tarik dari Jalur Cunthel ini. Pemandangan sebelum Puncak Pemancar dan di Puncak Pemancarnya sendiri sangat – sangat indah sekali …sukar di lukiskan dengan kata2. Pepohonan jg sudah tidak rapat dan terbuka jadi pemandangan lurus ke segala arah. Waktu itu saya mendaki menuju Pos Pemancar sebelum pagi, dan pas saat pagi menjelang saya menghitung 7 puncak gunung baik dekat dan jauh kelihatan ditambah dengan pemandangan Rawa Pening juga kelihatan. 

 Menuju Puncak Pemancar (1)

Menuju Puncak Pemancar (2) 

 Menuju Puncak Pemancar (3)

 Menuju Puncak Pemancar (4)
Menuju Puncak Pemancar (5)

Salah Satu Sudut Puncak Pemancar


4. Head to Head Skor 

Head to head skor ini adalah versi penilaian saya : 

- Kondisi Basecamp 
Jalur Wekas : 7 
Jalur Cunthel : 8 

- Camping Ground ( Tempat mendirikan Tenda ) 
Jalur Wekas : 8 
Jalur Cunthel : 7 

- Kemudahan Jalur Pendakian 
Jalur Wekas : 9 
Jalur Cunthel : 7 

- Pemandangan Sepanjang Jalur 
Jalur Wekas : 7 
Jalur Cunthel : 9 

- Total Skor 
Jalur Wekas : 31 
Jalur Cunthel : 31 


5. Kesimpulan dan Rekomendasi 

- Jalur Weka

Kelebihan : 
Jalur Wekas merupakan sebuah jalur pendakian yang cukup landai menurut saya. Mendaki Gunung Merbabu lewat jalur ini lebih cepat dibandingkan lewat Jalur Cunthel karena kondisi jalurnya yang tidak begitu menanjak sedari awal pendakian. Lewat Jalur ini juga tidak perlu susah - susah mendaki Puncak Pemancar terlebih dahulu. 

Kekurangan : 
Dibandingkan dengan Jalur Cunthel, Jalur Wekas kalah dari sisi pemandangan yang disajikan selama perjalanan pendakian. 

Rekomendasi : 
Kalau anda ingin mendaki Gunung Merbabu dimana yang menjadi pertimbangan anda lebih utama adalah singkatnya waktu pendakian, kondisi jalur yang mudah, saya rekomendasikan anda sebaiknya melewati Jalur Wekas ini daripada Jalur Cunthel. Buat pemula atau yang belum pernah mendaki gunung sama sekali Jalur Wekas ini cocok buat anda sebagai pilihan pertama dalam mendaki gunung. 


- Jalur Cunthel 

Kelebihan : 
Kelebihan dari Jalur Cunthel ini adalah pemandangannya yang luar biasa terutama pendakian dari Camping Ground atau Pos III menuju Puncak Pemancar. Pemandangan dari Puncak/Pos Pemancar ini tidak kalah indahnya dibandingkan pemandangan dari Puncak Kentheng Songo. Pendakian menuju Puncak Pemancar ini memang sangat menguras tenaga tapi justru itulah yang menjadi kelebihan dari Jalur Cunthel ini karena pemandangan yang disajikan sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan. 

Kekurangan : 
Jelas dari sisi kemudahan jalur dan lamanya pendakian Jalur Cunthel ini kalah dibandingkan Jalur Wekas. Apalagi setelah turun dari Puncak Kentheng Songo dan ketika sampai di Watu Tulis, pendaki yang mengambil Jalur Cunthel pasti ngiri dengan pendaki yang mengambil Jalur Wekas karena mereka tinggal belok kiri terus berjalan turun sudah sampai di Pos II ( Ground Camping ). Sedangkan pendaki yang mengambil Jalur Cunthel masih harus mendaki dulu Puncak Pemancar ( Puncak Pemancar lebih tinggi dari Watu Tulis walapun Watu Tulis lebih dekat dengan Kentheng Songo ) baru berjalan turun menuju tempat mendirikan tenda atau Pos III 

Rekomendasi : 
Kalau yang dijadikan pertimbangan utama dalam mendaki Gunung Merbabu ini adalah indahnya pemandangan di sepanjang jalur pendakian sedangkan kondisi track jalur adalah pertimbangan nomor kesekian, maka saya rekomendasikan lebih baik anda memilih Jalur Cunthel ini dibandingkan Jalur Wekas. Kondisi jalur..menanjaknya atau ngetreck-nya sebenarnya sih standar - standar saja seperti jalur pendakian gunung lainnya, hanya karena yang dijadikan perbandingan adalah Jalur Wekas yang lebih landai maka Jalur Cunthel ini memang lebih menguras tenaga di bandingakn Jalur Wekas. 

Semoga Bermanfaat… 

Thursday, May 9, 2013

Pendakian Gunung Merapi II

Selalu ada cerita yang berbeda di tiap pendakian sekalipun itu adalah pendakian gunung yang sama. Seperti kali ini saya kembali mendaki Gunung Merapi yang merupakan pendakian saya yang kedua kalinya terhadap gunung ini sekaligus pendakian saya yang kelima kalinya. Saya mendaki Merapi lagi tgl 29 - 30 September 2012 kurang lebih 4 bulan setelah pendakian yang terakhir yg juga mendaki Gunung Merapi. 

Ide mendaki Merapi sebenarnya bukan berasal dari saya akan tetapi teman sekantor yaitu Darma dan Emint. Keduanya juga ikut mendaki Gunung Lawu dan Merbabu bersama saya. Saya sendiri tidak mau berinisiatif sendiri untuk memunculkan sebuah ide pendakian di antara teman sekantor karena bagi saya hobi mendaki yang saya suka belum tentu orang lain juga sama antusiasnya..jadi saya mengikuti mereka saja. 

Pendakian kali ini jauh-jauh hari kami sudah rencanakan kurang lebih 1-1.5 bulan sebelumnya jadi cukup banyak waktu untuk mempersiapkan segalanya. Apalagi saya sudah punya pengalaman mendaki Gunung Merapi ini sebelumnya jadi kami minimal punya gambaran bagaimana jalannya pendakian nantinya.Pendakian akan kami lakukan bertiga saja, tanggal itu adalah hari Sabtu - Minggu plus bonusnya bulan purnama dan masih musim kemarau. Rencananya berangkat bareng naik motor biar ngirit akan tetapi cari porter nantinya di basecamp untuk membawa bekal dan perlengkapan. Tenda sendiri saya sewa dengan harga yg sangat murah meriah hanya 15 ribu saja 


Emint - New Selo

Saya juga ajak Pak Santoso teman mendaki saya untuk ikut bergabung, tapi sayang dia tidak berani karena baru pemulihan dari sakit typusnya. Tgl 17 Sept 2012 tepat dua belas hari sebelum hari pendakian saya jatuh sakit lumayan parah juga walaupun tidak sampai masuk rumah sakit…saya sampai tiga hari tidak masuk kerja padahal pendakian sudah dekat,kondisi fisik saya di hari pendakian sebenarnya belum seratus persen pulih tapi saya tidak mau membatalkan pendakian yg sudah direncanakan jauh-jauh hari takutnya malah Darma sama Emint malah ikutan tidak jadi mendaki. 


Darma - New Selo

Hari Sabtu 29 September 2012  sekitar pukul 14.30 ditemani cuaca yang sangat cerah kami mulai berangkat menuju Selo. Darma berboncengan sama Emint sementara saya pakai motor sendiri plus ransel yg nanti akan dibawa porter bersama saya.Perjalanan lebih dari satu jam kami lalu ketika akhirnya sampai di basecamp Merapi (+- 50 meter dibawah parkiran New Selo ada sebuah rumah ). Disana sudah banyak pendaki yg mau mempersiapkan pendakian juga banyak motor-motor pendaki yang di titipkan disana.Registrasi sebentar dan bayar tiket pendakian sekalian tanya-tanya tentang porter yg akan kami cari. Tapi kami di tawari biaya porter yg cukup mahal menurut saya yaitu sekitar 350 ribu. Saya bilang kami bukan wisatawan asing kalau bisa biaya porternya jgn disamakan,kalau bisa diturunkan..mereka akhirnya menurunkan jadi 300 ribu tapi tetap saja buat kami kemahalan lagian budget kami untuk porter dibawah dari angka itu. 

Saya bilang sama Darma dan Emint bagaimana kalau kita coba cari porternya di parkiran New Selo, karena waktu saya naik Merapi sebelumnya dihampiri seseorang yg menawarkan jasa porter. Akhirnya saya berboncengan sama Darma naik ke parkiran New Selo sementara si Emint nunggu di basecamp bersama ransel dan tas masih di basecamp. Tepat seperti dugaan saya ..pas sampai di parkiran New Selo kami di datangi seseorang yg menawarkan jasa porter…negosiasi tentang harga berjalan alot hehe. Dia menawarkan harga 250rb tapi kami tetap bersikukuh diangka 150rb walaupun budget sebenarnya 200rb..kami bilang dia cuma akan bawa sebuah tas buat makanan /minuman plus tenda saja.Makan dan minuman buat dia juga kami yang sediakan. 

New Selo

Porter ini namanya Mas Sukir, tapi melihat dari penampilan dan cara bicaranya seperti orang mabuk..kami awalnya kurang sreg juga lagian dia bersikeras minta DP terlebih dahulu katanya buat beli bekal dalam perjalanan nanti. Si Darma yg kuatir jangan – jangan orang ini penipu pas dikasi uang langsung ga datang-datang ( pada akhirnya nanti penilaian awal kami tentang Mas Sukir ini berubah menjadi ucapan Terima Kasih buat dia ). Saya akhirnya kasi uang 25 ribu terus dia pergi dan disuruh nunggu dia. Kami turun lagi ke bawah ke basecamp jemput si Emint dan ngambil tas/ransel yg masih disana untuk kembali lagi ke parkiran New Selo yang menjadi titik awal pendakian. 

Menunggu Mas Sukir ini sangat lama sekali..kami sampai nanya2 tentang dia sama penunggu warung yg ada di New Selo. Sama sekali tidak ada hal negatif yg diceritakan tentang Mas Sukir ini ..penampilannya memang seperti itu katanya mengingatkan saya pada actor film jaman dulu Herman Ngantuk haha..dimana profesi dia sebenarnya sebagai tukang parkir di New Selo dan sambil sesekali menjadi porter/guide buat pendaki.Lebih setengah jam menunggu Mas Sukir ini akhirnya dia datang juga..motor kami serahkan sama penunggu warung dan Mas Sukir untuk mengurusnya yg penting aman. 

Pendakian akhirnya dimulai sekitar jam lima-an lebih.. berempat termasuk porter.Perjalanan seperti biasa di selingi dengan obrolan - obrolan ringan..dari sisi cuaca sebenarnya pendakian kali ini adalah yang terbaik karena hampir sepanjang perjalanan naik sampai turunnya cuaca sangat cerah sekali ..Puncak Gunung Merbabu di seberang seperti memamerkan diri untuk selalu di pandang akan tetapi buat saya sendiri pendakian kali ini adalah yg terjelak dari segi fisik saya…saya cepat sekali capek dan letih, saya sendiri sebenarnya merasakan bahwa fisik saya sebenarnya belum mampu untuk dipaksa naik gunung. Kurang lebih setengah jam perjalanan Mas Sukir bersikeras untuk menawarkan jalur yg dilalui penduduk lokal dalam mencari rumput yg katanya lebih cepat dan memotong jalur pendakian. Saya tetap bersikukuh untuk mengajaknya melalui jalur yg normal saja karena kesan pertama saya yg kurang sreg sama dia ditambah saya pernah membaca pengalaman pendaki yg mendaki Merapi sendirian yg dihadang perampok sampai tangannya berdarah - darah. Pikiran jelek saya seketika muncul ..jangan – jangan dia sengaja ngajak kita untuk melalui jalur lain sementara teman-temannya sudah siap menunggu ..tapi dia tetap meyakinkan bahwa jalur rekomendasi dia lumayan mempersingkat waktu. Darma sama Emint juga saya lihat ragu tapi apa kekuatiran dia sama seperti saya, saya juga tidak tahu.. 

Merbabu dari New Selo

Akhirnya kami mengalah saja, tapi saya juga sudah siap – siap dengan kemungkinan resiko yg terjadi seperti pikiran saya. Kami akhirnya belok kanan..mulanya melalui ladang penduduk,menyusuri pematang ladang dan sesekali melompat sambil mencari – cari jalan. Saya sangat yakin kalau bukan penduduk lokal, pendaki dijamin akan tersesat kalau melalui jalur ini karena terkadang jalan putus dan harus mencari – cari jalan lainnya.Kalau bukan orang yg sudah terbiasa dan menguasai daerah tersebut pasti tidak akan bisa. Kurang lebih satu jam-an kami melalui jalur ini ..dan tidak terjadi apa - apa seperti kekuatiran saya, sedikit demi sedikit saya mulai nyaman dengan Mas Sukir ini. Akhirnya kami sampai di jalur pendakian utama tapi masih dibawa Pos I..memang sepertinya jauh lebih cepat  melalui jalur ini. Good Job…Mas… 

Hari beranjak petang..cuaca sangat cerah sekali awan sepertinya tidak mau mendekat, bintang - bintang berkerlap - kerlip dan bulan bersinar terang penuh karena besoknya tgl 30 Sept 12 adalah bulan purnama. Kalaupun berjalan tidak pakai senterpun sebenarnya tidak masalah karena cahaya bulan cukup untuk menerangi jalan..nun jauh di depan kami kedengaran suara dan kadang teriakan dari pendaki lain yg sudah terlebih dulu naik sementara dibawah kami masih banyak kelompok pendaki lain yg juga melakukan pendakian kelihatan dari sesekali cahaya senter mereka dan kadang sayup sayup suara mereka yg terbawa angin. Sudah tidak terhitung beberapa kali istirahat yg kami lakukan karena permintaan saya yg sebentar - sebentar merasa capek. Makan malam rencananya kami lakukan saat sudah buka tenda saja..dan perkiraaan awal kalau belum ada yg menempati tenda rencananya akan kami buka di Watu Gajah atau Watu Gubug kalau tidak salah namanya sebelum Pasar Bubrah. 

Tepat sebelum Pos I, Mas Sukir menyarankan untuk mengambil jalan yg kiri saja saat menemui persimpangan jalur bukan melalui jalur yang lurus katanya juga lebih singkat.Sedangkan waktu pendakian saya yg sebelumnya mengambil jalur yg lurus. Berbeda dengan yang tadi ..kalau jalur yg ini betul - betul persimpangan jalur yang juga biasa dilalui oleh para pendaki..kedua persimpangan jalur ini juga nantinya ketemunya di atas Pos I, jadi bagi kami tidak masalah…you are the bos Mas, we follow.. 

Bulan Purnama

Jalur semakin ngetreck dan mulai menemukan jalan berbatu terjal, tepat di tempat dulu saya membuka tenda ada jalan lurus atau agak kekanan yang merupakan jalur lama yg menyusuri tepian jurang yang dalam sedangkan jalur baru yg lebih sering dilalui pendaki lebih lebar dan agak kekiri akan tetapi jalannya terjal. Jalur lama ini sudah tersamar kalau tidak jeli melihatnya karena sudah jarang pendaki yang melaluinya ..Mas Sukir menyuruh kami untuk melalui jalur lama saja katanya justru lebih cepat, juga kami turuti..melalui jalan ini walaupun malam hari saya masih bisa melihat bahwa jalur ini sebenarnya melewati tepian jurang yg dalam yg harus hati2 dalam melewatinya karena di sebelah kanan terdapat jurang yg dalam dan lebar menganga. Sementara hampir semua pendaki lainnya mengambil jalur  baru yg justru sebenarnya posisi mereka jauh lebih diatas dari kami yg lebih didepan.

Jalan mulanya “Bonus” istilah para pendaki kalau menemukan jalur mendatar… tapi berselang setengah jam perjalanan jalur mulai menanjak naik tiada henti tidak terhitung sudah berapa kali saya mengambil waktu istirahat , Emint sama Darma jalan di depan meskipun mereka tidak jauh sementara yg paling belakang Mas Sukir. Saat mereka terkejar kita istirahat bareng tapi Darma sama Emint tetap saja dapat istirahat yg lebih lama karena mereka menunggu saya. Ketika akhirnya sampai di pertemuan jalur baru dan lama yg merupakan tanah lapang yang katanya Mas Sukir adalah pos III…berjalan sebentar barulah menemukan sebuah batu besar yg dinamakan Watu Gubug atau Watu Gajah ..tepat dibawah batu tersebut kami mendirikan tenda yg kebetulan belum ada pendaki yg membuka tenda disana. Dari sini pemandangan lampu-lampu rumah penduduk kelihatan indah sekali ..begitupun puncak Merapi kelihatan karena sama sekali tidak ada awan yg menghalanginya. 


Pemandangan dari tenda :





Mungkin sekitar jam sebelas-an kami membuka tenda, dan disini kelihatan sekali pengalaman Mas Sukir dalam membuat tenda sedangkan kami sendiri yg jarang - jarang bersentuhan dengan dunia pertendaan hanya bisa membantu menjadi assistennya hehe..Makan malam pun akhirnya kami lakukan dan ini merupakan “the best dinner” walaupun cuaca sedikit dingin tapi di temani dengan cahaya bintang dan bulan purnama di tambah di kanan kiri pemandangan lampu-lampu rumah penduduk dan puncak Merapi yg samar samar kelihatan oleh cahaya bulan menjadikan makan malam dan minum kopi yg istimewa buat saya. Malah di Puncak Merapi saya melihat cahaya meteor yg lumayan besar berwarna biru yg melintas dari barat ke timur menambah indahnya suasana malam itu. 

Tidur berempat didalam tenda lumayan nyaman.. sudah tidah terhitung berapa banyak pendaki yg terus berdatangan melewati tenda kami lengkap dengan ciri khas pendaki masing – masing, ada yg ngomongnya keras-keras..ada yg nyanyi- nyanyi, ada yg cekikian ada yg nyetel lagu Iwan Fals bahkan ada yg nyetel lagi campursari... Sekali waktu dari dalam tenda saya sempat mendengar ada pendaki yang bilang : “ Nah di tempat ini dulu aku buka tenda..yaah malah di tempati, bangunin masnya di dalam yuk biar geser dikit”..tapi kok ga ada yg bangunin kami mungkin mereka tidak jadi bisa jadi langsung bablas buka tenda di Pasar Bubrah.

Jam 4.30 tgl 30 Sept 12 si Darma membangunkan yg lain untuk ngajak “Summit Attack” dan melihat sunrise, sebenarnya di tempat mendirikan tendapun masih bisa melihat sunrise..saya sebenarnya maunya kita Muncak habis sarapan pagi tapi okelah gpp..akhirnya kami bertiga berangkat muncak sedangkan Mas Sukir masih tidur plus ngorok..membangunkan dia untuk sekedar bilang agar jaga tenda tidak kujung bangun-bangun juga akhirnya kami tinggal saja sendirian di dalam tenda. 

Foto - Foto Summit Attack :





Sekitar pukul 05.00 akhirnya sampai di atas Pasar Bubrah ..pendaki lain sudah banyak berkumpul disini..sedangkan di bawah ( Pasar Bubrah ) banyak sekali pendaki mendirikan tenda disana. Lagi – lagi saya sebenarnya mau Muncak menunggu pagi saja sekalian biar puas dulu melihat pemandangan di atas Pasar Bubrah, tapi kembali si Darma mengajak untuk langsung naik saja..akhirnya kami naik. Berbeda dengan pendakian saya sebelumnya jalur menuju puncak dari Pasar Bubrah kali ini berubah lagi yaitu melewati jalur berpasir agak menyamping ke kiri ( kalau sebelumnya langsung lurus ke atas ) terus menuruni jurang dangkal di sisi kiri,  kemudian barulah menyusuri batu - batu..jalur ini kelihatannya jauh lebih aman karena batu-batunya tidak mudah longsor walapun tetap harus waspada dengan longsoran batu dari pendaki diatas. 

Di atas Pasar Bubrah 1

Di atas Pasar Bubrah 2

Persis di tengah jalur berpasir, Sunrise akhirnya muncul tanpa ada halangan awan sedikitpun..pemandangan yang sungguh luar biasa.Saya sendiri sebenarnya sudah lupa dengan sunrise karena fokus memikirkan puncak.Sejenak mengabadikan momen ini sampai akhirnya kembali melanjutkan pendakian.. jelas perjalanan dari Pasar Bubrah menuju puncak punya sensasi yang berbeda dari perjalanan pendakian yang lainnya antara semangat,tekad,keberanian dan ketakutan berbaur menjadi satu menyusuri jalur ini. Selain kami bertiga banyak pendaki lain yg juga mendaki menuju puncak begitupun yang sudah turun dari puncak juga sama banyaknya..satu sama lain pendaki saling menyemangati. Ada satu orang pendaki yg adalah seorang Bapak-Bapak mungkin berumur sekitar 45 tahun keatas yg kelihatan bukan seorang yg sering mendaki yg ditemani oleh seorang bapak juga seumuran dia yg sepertinya adalah guidenya yg kelihatan sekali sangat capek akan tetapi punya semangat yg kuat yang akhirnya juga mencapai puncak. 

Sebelum dan Sesudah Sunrise :






Tepat jam enam lebih akhirnya kami mencapai puncak, di awali dengan Emint , Darma barulah saya…pemandangan dari Puncak Merapi ini jelas ..las..tanpa ada halangan awan sedikitpun, di depan agak kekiri kelihatan Gunung Merbabu dengan kokohnya. Inilah puncak saya yang ke dua di Gunung Merapi ini. Darma sama Emint juga merinding setelah sampai di puncak ..seperti yg saya deskripsikan sebelumnya bawa di Puncak Merapi ini dibaliknya sudah merupakan kawah sedangkan di depan sendiri kemiringan cukup tajam jadi harus sangat hati – hati sekali disini. 

Puncak Merapi :







Setelah puas menikmati suasana puncak akhirnya kami turun.. sampai di tenda sarapan dulu. Jam 08.00 perjalanan turun dari tenda dimulai dan tidak lebih dari 3 jam membutuhkan waktu sudah sampai di New Selo. Sampai di parkiran New Selo, Mas Sukir langsung melanjutkan aktifitasnya menjadi tukang parkir..kami bayar dia penuh seperti kesepakatan awal dan DP yg sebelumnya sudah dibayarkan kami anggap uang tip yang tidak seberapa dibanding jasanya yang telah memandu pendakian kami. Pendakian kali ini sekaligus memberikan saya pengalaman bahwa jangan pernah Under Estimate terhadap seseorang karena penampilan sangat bisa mengelabuhi kita…


Video pendakian :



See you on next trip…